Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi membuat program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) yang memerlukan kerja sama kementerian dengan lembaga terkait. Salah satu strategi Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) adalah pendampingan SMK oleh perguruan tinggi dalam hal sebagai berikut:

  1. Membantu mempercepat akses SMK untuk bermitra dengan industri, memperkuat SMK dalam perencanaan dan pengelolaan program serta dapat mendorong keberlanjutan program SMK Pusat Keunggulan;
  2. Mendorong kesinambungan Perguruan Tinggi dan SMK dalam pengembangan kepakaran/kompetensi keahlian dan berjejaring;
  3. Mewujudkan praktik baik kemitraan industri dan pendidikan vokasi dalam mendorong pertumbuhan ekosistem vokasi.

Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki keunggulan karena dengan keahlian khusus yang bisa langsung diserap Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Meski begitu, Uu menegaskan bahwa hal tersebut bisa optimal jika para lulusan SMK di Jabar memiliki ‘BMW’. BMW yang dimaksud adalah prinsip Bekerja, Melanjutkan (kuliah), dan Wirausaha.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya mengembangkan kewirausahaan di kalangan siswa SMK. Setelah 117 SMK menerima program Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan SMK tahap 1, kali ini sebanyak 67 kepala sekolah ditantang melahirkan lebih banyak wirausahan muda dari SMK. Dengan Program yang diluncurkan yaitu program SMK Pencetak Wirausaha (SPW).

Dilansir dari laman kemendikbud, program kewirausahaan yang digelar ini diberikan kepada sekolah yang kreatif dan memilki inovasi dimana pendaftaran, pengajuan dan mempresentasikan prosposalnya dilakukan secara online.

Salah satu sasaran dari program ini yaitu pemerintah berupaya mengurangi angka pengangguran di Indonesia. SMK hadir sebagai solusi pemerintah untuk mengentaskan pengangguran yang jumlahnya terus bertambah. Salah satu program penting untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran adalah menciptakan lapangan usaha dan ini artinya harus mencetak wirausaha. Pencetakan wirausaha harus diikuti dengan usaha menumbuh kembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dalam masyarakat Indonesia

SMK Negeri 1 Palasah merupakan salah satu sekolah yang terpilih menjadi salah satu Sekolah Pencetak Wirausaha. Pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKKwu) di SMK Negeri 1 Palasah mengajarkan bukan saja secara teori tetapi penekanan lebih ke praktik berwirausaha langsung. Mulai kelas XI dan kelas XII di kurikulum sudah memasukkan mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKKwu). Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memiliki keterampilan melalui praktik usaha siswa, didorong melakukan praktik wirausaha secara langsung (Kemdikbud, 2021).


Salah satu Langkah yang dilakukan oleh guru pada mata pelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan (PKKwu) yaitu dengan mengadakan market day dan bazar di sekolah, dengan produk yang dijual adalah hasil buatan para siswa itu sendiri dari keterampilan membuat produk dari rotan dan bambu, seperti piring dari rotan, tempat tisu dari rotan, kipas bambu, berbagai macam olahan  makanan dan minuman, serta mengikuti Explore Jabar Juara.

Pembelajaran Kewirausahaan merupakan suatu pembelajaran tentang etika, nilai (value), kemampuan (ability) dan perilaku (attitude) dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang dihadapi. Pengembangan pembelajaran Kewirausahaan melalui peminatan berbasis pengukuran omset dan monitoring berkelanjutan, melalui Program SPW (SMK Pencetak Wirausaha).

Program Sekolah Pencetak Wirausaaha sinergi antara PSMK. SEAMEO dan SEAMOLEC dengan model pengembangan pembelajaran berdasarkan praktik usaha berbasis omset pemasaran. Program ini dilaksanakan dengan metode pendampingan secara terpadu dengan pola jarak jauh menggunakan TIK.

Sejalan dengan upaya menghadapi era industri 4.0., program SPW disetting sebagai model pembelajaran yang dapat merangsang kreativitas melalui praktik usaha. Para siswa dikenalkan kepada praktik wirausaha secara daring atau online. Selain relatif lebih murah, model seperti ini dinilai lebih mudah dan familiar di kalangan generasi milenial.